Thursday, September 21, 2023

POLITIK DALAM NEGERI - Apakah Penguasaan Data Partai Politik oleh Presiden Jokowi dari Intelijen Merupakan Penyalahgunaan Kekuasaan?

 


PT. Rifan Financindo Berjangka - Dalam pengungkapan terbaru, Presiden Joko Widodo, atau Jokowi, mengaku memiliki data yang komprehensif mengenai arah dan mekanisme kerja partai politik di Indonesia. Dia membuat pengakuan ini saat berkumpul dengan para relawan di Pertemuan Nasional (Rakernas) Sekretariat Nasional (Seknas) Jokowi di Bogor, Jawa Barat, pada Sabtu, 16 September 2023.

"Saya tahu apa yang ada di dalam partai, apa yang mereka tuju, dan saya memahaminya," Presiden Jokowi dengan tegas menyatakan dalam pidatonya, mengaddress para relawan yang telah mendukung kampanye presidennya di masa lalu. Dia pun menekankan pentingnya membuat pilihan yang tepat dalam pemilihan presiden 2024 mendatang, dengan meyakinkan bahwa kepemimpinan dalam tahun-tahun mendatang akan berdampak signifikan pada masa depan bangsa.

Baca juga : WHATSAPP MENGHADIRKAN FITUR BARU UNTUK MEMUDAHKAN PENGALAMAN CHAT BISNIS

Presiden Jokowi mengklaim telah memperoleh data partai yang komprehensif ini dari beberapa lembaga intelijen, termasuk kepolisian, militer, dan Badan Intelijen Nasional (BIN). Dia menyatakan, "Saya telah menerima informasi lengkap dari sumber-sumber intelijen—data, statistik, survei—semuanya ada dalam kepemilikan saya, secara eksklusif sebagai Presiden."

Namun, pengakuan ini telah memicu kekhawatiran dan perdebatan. Muhamad Haripin, Koordinator Klaster Riset Konflik Pertahanan dan Keamanan di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengangkat pertanyaan tentang legalitas dan kesesuaian tindakan Presiden. Haripin berpendapat bahwa ini bisa menjadi penyalahgunaan kekuasaan atau setidaknya indikasi agensi intelijen dieksploitasi untuk kepentingan politik.

Menurut Haripin, sifat intelijen nasional, sebagaimana didefinisikan dalam Undang-Undang Intelijen Indonesia (No. 17/2011), seharusnya lebih melayani kepentingan keamanan nasional dan tidak hanya berfokus pada partai politik. Dia juga menekankan bahwa lembaga intelijen memiliki fungsi dan tanggung jawab yang berbeda.

Pengakuan ini telah memunculkan panggilan untuk penyelidikan dan pengawasan lebih lanjut dari mereka yang bertanggung jawab atas pemantauan kegiatan intelijen. Masih harus dilihat bagaimana perkembangan ini akan berlangsung dan apakah langkah-langkah korektif akan diambil untuk mengatasi keprihatinan yang diajukan oleh BRIN dan pihak lain. Seiring dengan mendekatnya pemilihan presiden 2024, sorotan terhadap pengungkapan ini kemungkinan akan semakin meningkat.

PT. Rifan Financindo Berjangka - Glh


No comments:

Post a Comment